Senin, 27 Juli 2009

Detik.Com Yang Menipu


Perkenalan saya dengan gawai komputer sebenarnya sudah lama, sejak kelas 2 SMA kira-kira tahun 1992. Saya masih ingat waktu itu kakak membeli komputer tipe 386 untuk keperluan skripsi. Jadi sebenarnya saya tidak Gaptek-gaptek amat dibanding dengan teman-teman sebaya ada yang mematikan komputer saja tidak tahu. Di kampus waktu itu tahun 1996 wabah internet sedang marak-maraknya. Tapi sungguh disayangkan kuliah internet di sana hanya dalam tataran teori saja, jadi saya belum kenal sama sekali dengan monster yang namanya internet.

Lulus kuliah tahun 1998, saya langsung bekerja tapi belum begitu akrab dengan internet karena saya bekerja di perpustakaan sebuah kantor pengacara yang mengutamakan dokumen asli bukan elektronik. Akhirnya saya memutuskan keluar setelah ada tawaran bekerja di sebuah portal informasi industri dot.com yang waktu itu menjamur.
Semangat dan gairah tersebut ada sejalan kenaikan saham industri dotcom seperti yahoo dan google di Nasdaq.

Pengalaman lucu tentang online pertama itu muncul di sini. Bayangkan sebuah perusahaan portal informasi ternyata bergerak dengan mekanisme manual. Perusahaan dimana saya bekerja mengaku dot.com tapi internet saja tidak online. Untuk bisa berinternet kita harus ke server induk, itupun bergantian. Begitu repot dan menyulitkan. Akhirnya kita desak manajemen agar semua gawai terpasang.

Sejak itu dibuatlah LAN dengan sistem peer to peer. Maklum karena kita semua masih Gaptek, bila mau internet semua berteriak, "Proxy-nya manaa ne?" Biasanya petugas IT langsung menyambungkan. Perlu diketahui petugas IT membatasi koneksi internet karena cukup mahal biaya pulsa waktu itu. Saat itu koneksi internet tidak setiap saat hanya pada waktu-waktu tertentu saja.

Oleh sebab itu kita harus menggunakan koneksi semaksimal mungkin. Akses pertama website yang saya buka adalah detik.com, itu atas anjuran staf IT, terbukti detik.com sangat cepat. Oleh sebab itu kami dulu menggunakan detik.com sebagai ukuran, apakah LAN ada koneksi internet-nya atau tidak? Tampilan website yang sederhana dan user friendly adalah yang sangat harus dijaga oleh detik.com. Bahkan kecepatan informasi dan kekuatan pers dot.com yang kental adalah yang ditiru perusahaan kami dari detik.com.

Ada cerita lucu tentang koneksi internet ini. Lantaran kenakalan saya untuk menggoda teman-teman, komputer yang saya gunakan bekerja saya simpan tampilan depan website detik.com dalam my document. Kemudian bila saya pergi, saya tampilkan tampilan itu seolah-olah online. Siapa nyana tindakan saya menimbulkan kehebohan. "Wah komputer mas Igoen on line terus, paling kuat," begitu kata teman-teman. Pimpinan pun geleng-geleng kepala dianggapnya saya membuat jaringan sendiri.

Setelah saya jelaskan bahwa itu hanya tampilan file yang tersimpan di komputer dan saya tunjukkan berita detik.com-nya juga sudah lama, barulah Pimpinan tersenyum dan mengerti. Akhirnya saya terlepas dari syakwasangka tersebut. Mulailah muncul istilah kasar itu..."Mas...ini bukan detik.com yang menipu itu kan?" Demikian kelakar mereka kepada saya. Pertanyaan nyeleneh menyindir itu selalu saya balas dengan senyum yang sinis. "Mmmh capek deehhh....."




oleh. Ilham Prisgunanto

Tidak ada komentar:

Posting Komentar